Cinta memang kerap kali mengundang kebahagiaan, meskipun harus menempuh jalan yang terjal. Sesuatu yang sangat sulit terasa mudah kalau cinta telah terpatri. Bahkan, nyawa pun tak senggan senggan dikorbankan.
Imam Ahmad bin Hambal menantang dunia demi kecintaannya terhadap prinsip yang benar. Cemeti pun diayunkan kepadanya hingga menyentuh lantai. Akan tetapi, ia akan tertawa di depan kematian.
Cinta surga membuat sahabat Anas bin Nadhr terbang menerjang barisan lawan ‘untuk menjemput syahid pada perang Uhud. Sebaliknya, karena “rindunya” terhadap neraka, Abu jahal sangat berat untuk mengucapkan kalimat tauhid.
Hitam putih cinta anak manusia selalu mewarnai dunia. Ada yang benar dalam melabuhkan cintanya. Namun, tak sedikit pula yang salah dalam menempatkan cintanya. Dengan bahasa mengalir dan ungkapan yang indah, Dr. A’idh Al-Qarni mengajak kita menelusuri kisah para perindu surga dan pecinta kenikmatan dunia. Hal ini penting, untuk mengetahui apakah cinta yang ada pada kita sudah benar ataukah belum?.