Detail Gramedia Bali - Tere Liye: Bedebah Di Ujung Tanduk
Thomas bertarung sengit dengan Bujang. Naasnya saat pertarungan itu dilakukan, gedung yang mereka gunakan untuk bertarung diserang oleh segerombolan orang bersenjata. Awalnya, Bujang berpikir dialah yang akan diserang kelompok bersenjata itu. Namun, mereka justru mengincar Thomas. Ternyata, alasan Thomas diincar lantaran ia melakukan kesalahan besar dan membuat penguasa jalur sutra, kelompok “teratai Emas” geram karena wilayah kekuasaanya diganggu. Thomas dan Bujang akhirnya mengumpulkan semua kekuatannya untuk pergi ke Bhutan. Mereka dibantu Ayoko, Yuki, Kiko, Salonga, Junior, dan White untuk bertempur dengan kelompok teratai Emas. Siapakah yang akan memenangkan pertarungan sengit ini? Di negeri para bedebah, pencuri, dan perampok bagai musang berbulu domba. Di depan, wajah mereka tersenyum penuh pencitraan, tetapi di belakang penuh tipu-tipu. Di Negeri Ujung Tanduk, pencuri dan perampok berkeliaran menjadi penegak hukum. Di depan, di belakang, mereka tidak malu-malu lagi, tapi setidaknya dalam situasi apa pun, petarung sejati akan terus memilih kehormatan hidupnya, bahkan ketika nasib di ujung tanduk. Dia akan terus bertarung habis-habisan bersama sahabat sejati. Karena esok, matahari akan terbit sekali lagi bersama harapan.
Tentang Penulis Darwis (lahir 21 Mei 1979) yang lebih dikenal dengan nama pena Tere Liye adalah penulis dan akuntan berkebangsaan Indonesia. Memulai debut kepenulisan pada tahun 2005 melalui novel Hafalan Shalat Delisa, ia telah menerbitkan lebih dari 50 buku dalam sepanjang karier menulisnya. Setelah menyelesaikan studinya, Tere Liye bekerja sebagai seorang akuntan di sebuah perusahaan. Tere Liye memiliki keterampilan dalam menulis novel berkat hobinya dalam menulis. Beberapa karyanya yang pernah diadaptasi ke layar lebar, yaitu Hafalan Shalat Delisa, Bidadari-Bidadari Surga, Moga Bunda Disayang Allah, dan Rembulan Tenggelam di Wajahmu.