Detail Gramedia Bali - Merangkul Arus Perubahan - Marsekal TNI Hadi Tjahjanto
Kehidupan senantiasa menyimpan catatan-catatan berharga setiap insan. Dari catatan itu, tampak bagaimana karakter seseorang dibentuk melalui pengalaman hidup, terutama dalam menghadapi aneka macam tantangan. Dan pada hakikatnya, Merangkul Arus Perubahan merupakan catatan sejarah pengabdian Marsekal Hadi Tjahjanto dalam menjalankan amanah negara dan rakyat Indonesia sebagai Panglima TNI. “Anak saya tidak pernah ambil cuti. Dia itu garis lurus. Ada peribahasa, ‘Buah tidak akan jauh dari pohonnya.’ Saya dulu waktu dinas juga tidak mau cuti.” Pak Bambang, ayah Marsekal Hadi Tjahjanto, berujar waktu diwawancarai. Potret Marsekal Hadi Tjahjanto yang memiliki kegigihan dan profesionalisme dalam melaksanakan tugas negara berasal dari didikan sang ayah. Loyalitas terhadap atasan dan fokus pada pekerjaan menjadi tanggung jawab yang selalu diemban. Ia juga bekerja dalam sunyi agar mendapatkan hasil yang optimal dan memiliki daya guna bagi banyak orang. Jejak sepatu Panglima meninggalkan catatan baik. Salah satunya dari Ketua Watimpres Jenderal TNI (Purn) Wiranto: “Orientasi ke misi sangat kuat, sama sekali tidak dipengaruhi agenda pribadi. Dalam praktik di lapangan, ia memiliki ketelitian perencanaan dan pemikiran yang terukur. Barangkali karena jiwa penerbang yang membiasakan bekerja seperti itu.” Menurutnya, salah satu kelebihan Pak Hadi sebagai Panglima adalah bersedia mendengar dan menghargai pendapat orang lain. Perhatiannya ke anak buah tinggi. Loyalitas dan kesetiaannya terhadap kolega dan atasan telah membangun kepercayaan terhadapnya. Tidak heran jika Presiden memilih Pak Hadi sebagai Panglima TNI. Pendek kata, Merangkul Arus Perubahan merupakan sejarah praktik kerja Hadi Tjahjanto yang terangkai dari satu peristiwa ke peristiwa lain selama menjadi Panglima TNI. Cerita penugasan Presiden diimplementasikan menjadi sebelas program prioritas, antara lain membangun fondasi persatuan antara TNI dan Polri, mengamankan pemilihan kepala daerah secara serentak, merekatkan polarisasi masyarakat karena berita bohong, menangani pengamanan demonstrasi pasca-pemilihan presiden, menangani bencana gempa bumi, tsunami, dan aksi kemanusiaan Papua, serta membantu penanganan pandemi COVID-19 di Indonesia. Semua cerita perjalanan tugas Panglima itu dituturkan secara mengalir. Kisah-kisah persahabatan, kerja sama tim, dan solidaritas dalam menangani masalah bangsa itu menjadi kekuatan sekaligus keunikan buku ini.