“Aku dibunuh… aku tidak bersalah….” Kata-kata itu terus mereka ucapkan di hadapanku sebelum kupercepat ajal mereka ke malaikat maut. Dan kemudian gadis itu datang, menempati kamar di sebelah. Awalnya, aku cuma ingin menganggunya sebentar karena suara dan ekspresi ketakutannya yang sangat menyenangkan. Tapi, dia malah bertindak gegabah dan mencari tahu keberadaanku. Permainan tetap harus berjalan selama hasrat ini belum terpenuhi. Aku ini lebih pintar daripada siapa pun. Pintar memutar kata-kata, pintar memakai topeng “anak baik”, dan pintar menjadikan mangsanya tidak berdaya. Aku yang akan mengantarkannya ke kamar nomor 18, yang berada tepat di sebelah kamarnya—kamar yang menyimpan semua rahasiaku. "Jangan takut, rasa sakitnya cuma sebentar setelahnya kau akan tertidur dengan tenang selamanya."