Dalam buku ini, Dr. A. Setyo Wibowo membahas salah satu ide dasar eksistensialisme yaitu kontingensi (keadaan tanpa konsistensi). Bagi Sartre karakter dunia dan manusia adalah tanpa maknaabsurd. Kalau ada sebuah makna untuknya, manusia itu sendirilah yang memberinya lewat tindakan menidak secara terus menerus terhadap pengobyekan yang dilakukan lotre. . Manusia menjadikan dirinya manusia ketika dia menyadari sebagai pour-soi. Dan secara penuh, pour-soi merealisasikan dirinya di tengah pilihan-pilihan kontingen, yang dia lakukan setiap saat sesuai dengan pilihannya sendiri. Kritik utama Setyo Wibowo terhadap pilihan-pilihan kontingen ditunjukkan lewat sikap Sartre sendiri yang teramat berani dan menentang arus di satu sisi, dan perubahan-perubahan pandangan politis (atau ketidakjelasan sikap politis) di sisi lain serta hubungan segitiga Sartre Beauvoir Bianca yang bisa dibilang eksploitatif. . Dalam kedua contoh tersebut Wibowo menilai bahwa akibat terus menerus menidak dunia luar dan tidak mempunyai referensi eksternal yang menjadi kriteria, eksistensialisme secara kontradiktif meninggikan pour-soi sebagai causa sui. Sebagai gaya hidup eksistensialisme jadinya menjurus narsistik seperti air yang tergenang dan selalu bersifat ambigu. .