Detail Elegi Untuk Pramoedya Ananta Toer CATASTROPHE 1965
Bagi Amien Kamil, tubuh adalah tanda. Demikian pula kiranya ia memperlakukan puisi. Sajak-sajak dalam buku ini, lahir sebagai akibat dari kesibukan-kesibukan tubuh dalam merancang tanda-tanda. Bukan dari upaya-upaya pikiran membuat sangkar bagi makna. Lalu, tanda-tanda itu makin membiak manakala puisi bertajuk ‘Sehabis Hujan Reda’ misalnya, dilisankannya dalam formula yang ia namai Music Poetry. Sedemikian banyaknya tanda-tanda yang bergentayangan, maka tak mungkin dibedakan lagi, mana yang berasal dari tubuh, mana yang brojol dari suara dan mana yang membersit dari bahasa … -Damhuri Muhamad Esais dan kolumnis Pengajar Filsafat Universitas Darma Persada, Jakarta.