Bagi Nino, Selma adalah pelabuhan terakhirnya. Dia bahkan bersedia melanggar sumpahnya untuk tidak berpacaran sebelum menikah, ketika bertemu Selma. Sayangnya, walau didesak bagaimanapun, Selma tidak mau buru-buru menikah.
Dia mengajakku menikah sebulan sekali. Aku bahkan sulit percaya kalau dia serius!
Bagi Selma, Nino adalah pria sempurna—blasteran Spanyol, aktivis lingkungan yang cerdas, dan gentleman yang alim. Tapi, yang diinginkan Selma bukanlah pernikahan, melainkan karier yang cemerlang.
Aku bisa mengorbankan segalanya demi dia. Aku tahu bagaimana cara mencinta.
Saat bermain tarik-ulur dalam hubungan mereka, Nino dan Selma tidak menyadari ada pihak lain yang menyelinap datang dengan obsesi siap menghancurkan tali kasih yang rapuh ini. Akankah Nino dan Selma teguh bersatu, atau malah mengalah pada permainan takdir?