Cerita-cerita dari berbeda jenis dan waktu di antologi ini merupakan prosa Strindberg yang pertama terbit di Indonesia. Cerita-cerita ini agak padat dan singkat. Padat dan singkat belum berarti sastra yang besar, tapi bisa menjadi satu indikator dalam genre cerita pendek. Cerpenis terkenal E. A. Poe pada masanya memegang pandangan bahwa setiap kata harus memiliki fungsi dalam komposisi dan bahwa totalitas efek adalah tujuan utama sebuah cerpen. Cerita Strindberg di sini tidak jauh dari gambaran itu. Semuanya tidak meledak bagai gaya cerita Chekov, tapi lebih menerangi sebuah masalah kehidupan atau menggambarkan sebuah nasib manusia. Strindberg pasti punya gaya dan ciri khas tersendiri.
Strindberg menguasai bahasa Jerman dan Prancis dengan lancar, dan beberapa karyanya pun ditulisnya langsung dalam dua bahasa Eropa itu. Seniman tulen dengan jiwa yang bebas ini tidak pernah berpihak pada partai atau aliran tertentu, walaupun dari waktu ke waktu terlibat debat politik.
Cerita dari Stockholm berisi sembilan cerita pendek: Jubal Tanpa Aku, Di Kantor Loteng, Sebuah Pemakaman, Separuh Lembar Kertas, Kurang Pengertian, Adegan dari Neraka, Fotografi dan Filsafat, Penjahit Mengadakan Dansa, dan Harus. Prosa pendek dalam antologi ini sarat dengan alegori dan filosofi. Lebih dari itu, Cerita dari Stockholm menawarkan banyak permenungan tentang peristiwa dan kehidupan manusia.