Ini sekadar genangan perasaan-perasaan rohani yang dituturkan dalam bentuk cerita-cerita, refleksi-refleksi, atau pekik-ratapan yang sederhana. Ini bukan fiksi, bukan riset ilmiah. Ini, sekali lagi, adalah semata genangan perasaan-perasaan yang berdendang di kedalaman jiwa saat melamun, berpikir, dan berbincang denganNya di antara lautan kenyataan hidup sehari-hari dan ayat-ayat suciNya yang tergenggam di tangan. Tataplah lautan, sungguh tak pernah ada ikan yang menjadi asin karena menghuninya siang dan malam; maka mestinya juga musykil bagi jiwa mukmin yang haq untuk bergeser, berubah, dan goyah jangkar imanNya di antara lautan kehidupannya. Maka seyogianya apa pun yang lalu diterjadikanNya, manis atau getir, sukses atau gagal, di keramaian atau kesunyian, tak pernah mampu menggoyahkan hunjaman iman di palung hatinya—bahwa segalanya semata la haula wala quwwata illa billah, semata dariMu, olehMu, dan untukMu. Tataplah ikan-ikan yang tetap segar dan ceria di antara lautan yang pasang atau surut—maka, bagaimana logis kita yang sungguh beriman dan berakal sehat bisa diguncang sedih, cemas, takut, dan ragu di antara segala manifestasi Kemahakuasaan dan KeagunganNya? Insya Allah, buku Tak Ada Ikan Asin di Lautan ini merupakan seri pertama dari serial buku “Hari-hariku Bersama al-Qur’an”. Semoga bermanfaat.