Belajar Mencintai Kambing (Edisi Pojok Cerpen) - Mahfud Ikhwan

Merek: Pojok Cerpen | Lihat selengkapnya produk Buku & Majalah dari Pojok Cerpen
Buku & Alat Tulis > Buku Fiksi > Literatur Klasik > Belajar Mencintai Kambing (Edisi Pojok Cerpen) - Mahfud Ikhwan
  • Pengiriman Ekspres
  • Barang yang diperiksa
  • Bayar di tempat berlaku
  • Kualitas, Prestise
  • Pengembalian produk
  • Dukung pembuatan faktur

Detail Belajar Mencintai Kambing (Edisi Pojok Cerpen) - Mahfud Ikhwan

SAAT musim libur sekolah, ia berharap dibelikan sepeda. Namun, bapaknya malah membelikannya seekor kambing.

“Kambing bisa membuatmu lebih dewasa, sedangkan sepeda akan membuatmu tetap jadi kanak-kanak,” demikian bapaknya memberi alasan.
“Tapi aku ingin sepeda.”
“Kambing lebih baik.”

la menangis. Ibunya mencoba menghiburnya. Menurut ibunya, sepeda bisa rusak, tapi kambing justru dapat beranak. la lalu terdiam, tetapi tetap saja ia tidak menyukai kambing pemberian bapaknya. Di matanya, kambing itu tampak buruk. Kepala dan mulutnya yang legam terlihat jelek sekali, bulunya kotor, dan badannya kurus. Dan embekannya bikin sakit telinga. Pasti kambing itu jauh lebih murah dari harga sepeda. Tapi bapaknya, yang menurut cerita ibunya menghabiskan masa remajanya sebagai penggembala, memastikan bahwa kambing itu dari jenis yang paling baik. Bulunya hitam mengkilat, tanduknya gagah, tungkainya panjang, dan yang terpenting ia pasti betina yang subur. Dan, karena itu, bapaknya rela memecah celengan yang dikumpulkan dari hasil panen bengkuang akhir bulan puasa lalu, plus keuntungan dari pembakaran gamping yang terakhir, untuk menebusnya.

Dan ia terus belajar mencintai, meskipun ia tidak cukup paham bahwa hidup memang adalah belajar mencintai. (Kenapa bayi selalu menangis ketika dilahirkan? Karena manusia lahir tanpa satu pun yang dicintai.) Tidak gampang, itu jelas. Tapi, pada akhirnya, kisah berujung bahagia pun tiba: tanduk kambing itu tak mengancam lagi, tungkainya tidak membangkang lagi. Benar pula kata bapaknya, kambing memang tak sejahat manusia. Tak ada maksud, tak ada ingin, tanpa dendam, tanpa keculasan.

Gambar produk

Belajar Mencintai Kambing (Edisi Pojok Cerpen) - Mahfud Ikhwan
Belajar Mencintai Kambing (Edisi Pojok Cerpen) - Mahfud Ikhwan
Belajar Mencintai Kambing (Edisi Pojok Cerpen) - Mahfud Ikhwan
Belajar Mencintai Kambing (Edisi Pojok Cerpen) - Mahfud Ikhwan