Motif Garuda atau kadang disebut juga Gurdo umumnya dipadu dengan motif batik lainnya seperti motif parang dan dikenal dengan Parang Garuda atau Parang Gurdo. Motif garuda lebih mudah dimengerti karena disamping bentuknya yang sederhana dan juga gambarnya sangat jelas karena tidak terlalu banyak variasinya. Bentuk motif gurdo ini terdiri dari dua buah sayap (lar) dan di tengah-tengahnya terdapat badan dan ekor. Menurut orang Yogyakarta burung ini dianggap sebagai binatang yang suci. Dalam cerita kenaikan Batara Wisnu ke Nirwana dengan mengerdarai burung Garuda. Burung ini dianggap sebagai burung yang teguh timbul tanpa maguru, yang artinya sakti tanpa berguru kepada siapapun. Ada legenda juga menceritakan bahwa Garuda merupakan tunggangan Batara Wisnu (Dewa Matahari), maka kemudian Garuda juga dijadikan sebagai lambang matahari. Kecuali itu Garuda dianggap pula sebagai lambang kejantanan. Dasar pemikirannya adalah karena Garuda sebagai lambang matahari, maka Garuda dipandang sebagai sumber kehidupan yang utama sekaligus ia merupakan lambang kejantanan dan diharapkan agar selalu menerangi kehidupan umat manusia di dunia. Hal inilah kiranya mengapa orang Yogyakarta mewujudkan burung yang suci ini ke dalam motif batik Garuda. Motif Parang sendiri merupakan salah satu motif batik yang paling tua di Indonesia. Parang berasal dari kata Pereng yang berarti lereng. Perengan menggambarkan sebuah garis menurun dari tinggi ke rendah secara diagonal.Susunan motif S jalin-menjalin tidak terputus melambangkan kesinambungan.Bentuk dasar huruf S diambil dari ombak samudra yang menggambarkan semangat yang tidak pernah padam.Batik ini merupakan batik asli Indonesia yang sudah ada sejak zaman keraton Mataram. Motif Parang memiliki makna yang tinggi dan mempunyai nilai yang besar dalam filosofinya. Batik motif dari Jawa ini adalah batik motif dasar yang paling tua. Batik parang ini memiliki makna petuah untuk tidak pernah menyerah, ibarat ombak laut yang tak pernah berhenti bergerak. Batik Parang juga menggambarkan jalinan yang tidak pernah putus, baik dalam arti upaya untuk memperbaiki diri, upaya memperjuangkan kesejahteraan, maupun bentuk pertalian keluarga. Batik Parang biasanya digunakan untuk acara pembukaan. Misalnya: Senapati yang ingin pergi berperang, agar pulang membawa kemenangan
Batik Istimewa ini tersedia di JogjaGift: Bahan Kain Prima dengan Cetakan Kualitas Super Dijamin tidak luntur Ukuran 105 cm x 245 cm #BatikJogja #harikartini #oleholehjogja #batikmotifklasik