“Aku suka cerbung yang Saudara tulis. Tapi kupikir ada yang kurang. Atau kalau boleh kubilang, kuharap Saudara tidak tersinggung, itu sebuah kesalahan. Saudara seharusnya menjadikan Warto Kemplung itu sebagai tokoh utamanya, bukan justru si bekas pembunuh buruk rupa yang diceritakannya. Dengan demikian, menurutku, sedikit meleset apabila Saudara kemudian memilih ‘Kisah Kelabu dari Rumbuk Randu’ sebagai judul. Tapi aku mengerti kesulitan Saudara. Saudara tak tahu sama sekali soal Warto ini.”
Inilah sekuel Dawuk: Kisah Kelabu dari Rumbuk Randu, yang diawali dari serangkaian surat pembaca misterius yang mengklaim mengetahui asal-usul pembual kesayangan kita, Warto Kemplung, dan menjelaskan dari mana kelihaian mendongengnya berasal. Namun sekali lagi, apa yang tersampaikan dalam cerita ternyata belum tentu adalah apa yang sesungguhnya terjadi. Ini juga tribut bagi segala bacaan, tontonan, dan musik yang pernah dan terus memikat hati banyak orang, kendati kritikus adiluhung suka melabelinya sebagai hiburan rendahan belaka.