Pada musim gugur 1915, Forster tiba di Alexandria sebagai sukarelawan Palang Merah selama Perang Dunia I. Tercengang dengan kemegahan kota yang baru didatanginya, ia menghabiskan waktu luangnya untuk menjelajahi “keajaiban, kekunoan, dan kompleksitas” kota tersebut. Ia pun terpacu untuk "menghidupkan" kembali Alexandria, kota romantis Alexander Agung, ibu kota Yunani-Romawi Mesir, suar cahaya dan budaya yang dilambangkan oleh Pharos di mana hubungan cinta terkutuk antara Antony dan Cleopatra dimainkan, dan tempat dibangunnya perpustakaan terbesar di dunia yang pernah dikenal.
Forster membagi bukunya dalam dua bagian tematis. Pertama perihal sejarah kota yang disusun secara kronologis, mulai era Yunani-Romawi, berlanjut ke periode Kristen, melompat seribu tahun ke masa penaklukan kota oleh orang Arab, berlanjut ke narasi penaklukan Alexandria oleh Turki, dan diakhiri dengan aneksasi kolonial Inggris atas Mesir. Bagian kedua berisi panduan tamasya di kota yang megah tersebut, menjelajahi jalan-jalan yang menghubungkan bangunan-bangunan dan museum-museum, serta mengelilingi dalam dan luar kota nan indah.
Merangkai 3.000 tahun sejarah kota peradaban dan ilmu pengetahuan ini, serta dibumbui dengan pengalaman penulis menelusuri kota ini, Forster melukiskan Alexandria dengan sangat rinci, mengabadikan potret kota megah yang menjadi keajaiban dunia pada zaman kuno.
*** “Jika seseorang berziarah mengelilingi Alexandria pada pagi hari, Tuhan akan membuatkannya mahkota emas, bertatahkan mutiara, dengan wangi minyak kesturi dan kapur barus, yang bersinar dari Timur ke Barat.” ―Ibnu Dukmak
Penulis: Edward Morgan Forster Penerbit: Alvabet, 2022 Kategori: Sejarah ISBN: 978-623-220-136-1 Bahasa: Indonesia Dimensi: 13 x 20 cm l Softcover Tebal: 360 hlm | Bookpaper