Detail Aku Radio Bagi Mamaku – Abhinaya Gina Jamela
Tapi warna-warni krayon itu juga mengingatkanku pada sampah-sampah yang berserakan di jalan raya. Sampah-sampah seperti tak pernah hilang di sepanjang jalan. Ada saja yang bertebaran. Aku juga pernah melihat orang yang membuang bungkus makanan dari mobil mereka. Sehingga aku bingung dengan warna apa tangan-tangan mereka yang membuang sampah itu harus aku warnai. Aku takut akan merusak warna krayonku.
***
Setelah kumpulan puisi ‘Resep Membuat Jagat Raya’, Abinaya Ghina Jamela (biasa disapa Naya) kembali melahirkan satu karya. Kali ini kumpulan cerita pendek, yang ia beri judul ‘Aku Radio Bagi Mamaku’. Lewat 10 cerpen yang ia tulis dalam buku ini, Naya mencoba menghadirkan “kumpulan protes”, yang terutama dialamatkan kepada kita, orang-orang dewasa.
Kenapa disebut kumpulan? Karena ada banyak sekali protes yang ia layangkan; mulai dari hal remeh seperti menu bekal yang itu-itu saja (yang menyebabkan seorang anak bakal diejek oleh teman-temannya), sampai perkara-perkara yang harus ditanggapi serius semisal “orangtua kekinian” yang kerap larut dalam keasyikan menggunakan ponsel hingga lupa mencurahkan perhatian kepada anaknya. Juga ada protes (yang ini paling menohok) kepada orang-orang dewasa yang acap (kalau bukan selalu) merasa benar ketika berbicara kepada anak-anak.
Yang menarik, Naya melayangkan semua “gugatan” itu melalui cerita yang asyik, yang khas anak-anak, yang diceritakan secara mengalir tanpa dibuat-buat.
Tak cuma berisi protes, cerita-cerita Naya dalam buku ini juga mengandung ketangkasan dan kecerdasan seorang bocah yang nakal-tapi-pembelajar. Di dalamnya, ia menunjukkan bibit kesadaran berbahasa (misalnya frasa ‘Miss Iya’ mestinya diganti dengan ‘Ibu Iya’ (hal. 31), study tour harusnya diganti dengan ‘pelajaran di luar sekolah’ (hal.3)); kritik terhadap sistem pendidikan yang selama ini tidak terlalu menganggap penting membaca dan perpustakaan; serta wawasan bacaan (bayangkan, seorang bocah kelas 3 SD sudah membaca karya-karya Sherlock Holmes, Pram, dan One Hundred Years of Solitude-nya ‘Gabo’ Marquez.