Menyelami mata teduh itu, begitu menyejukkan hati. Diri seakan dibawa ke tempat paling nyaman di dunia saat menatap mata itu.
Memandang tak jemu senyum karismatiknya. Bulan sabit di bibir yang mengalahkan keindahan apa pun di dunia.
Hangat pipinya sering menempel di pipi ini. Hangat yang sama saat beradu lari, belajar memanah, dan berkuda bersamanya. Dan, tetap terasa hangat kala bercakap panjang tentang ayat-ayat Ilahi. Kehangatan itu semakin memenuhi hati hanya dengan mendengar tawanya yang berderai ketika dia mendapat berondongan pertanyaan dari bibir ini. Kenangan yang begitu manis.
Hingga di saat terakhir itu, saat dia meminta tidur berbantalkan paha. Menyisiri rambutnya sambil kami berzikir bersama. Sesekali membisikkan syair-syair indah, tanda kecintaan untuknya. Dia tersenyum lalu memejamkan mata. Di saat terakhir itu, perasaan indah ini akan selalu ada untuknya. Untuk Rasulullah dari hati terdalam Aisyah.
Kisah romantis antara Aisyah dan Rasulullah tertulis dalam novel ini. Membaca kisahnya akan membuat siapa pun lagi dan lagi jatuh cinta dengan Rasullulah.