Berbeda dengan sebagian orang Austronesia lainnya, orang Toraja tidak menurunkan pengetahuannya melalui hasil tulisan, mereka juga tidak menuliskan kesusastraannya di atas lontar, bambu, atau kertas. Pengetahuan mereka diturunkan melalui tuturan ritus, yang kebanyakan dinyanyikan. Bunga rampai ini merupakan pintu gerbang ke sebuah dunia puisi penuh kekayaan yang berupa gambaran, gagasan dan nilai-nilai.
Puisi-puisi itu mengungkapkan sebuah dunia misterius yang terdiri dari berbagai spesies binatang dan tumbuhan, lelaki dan tumbuhan, lelaki dan perempuan, dewa-dewi dan tempat upacara, tenunan dan perhiasan, ritus, kesulitan dan harapan yang kesemuanya mencerminkan sebuah gaya hidup dan mati. Puisi yang padat berisi ini mengekspresikan berbagai konsepsi tentang manusia, alam, dewa-dewi, penyakit dan penyembuhan, waktu, serta hubungan antara diri seseorang dengan orang lain.
Buku Nyanyian Tana Diperciki Tiga Darah terdiri dari 2 jilid, yaitu Bunga Rampai Toraja dan Penceritaan Etnografi.